Minggu, 14 Oktober 2012

Sangkakala Bising dari Kota Solo (catatan dari Rock In Solo 2012)

Perhelatan metal terbesar se-Jawa Tengah kembali digelar pada tanggal 13 Oktober 2012, dengan tajuk "Rock In Solo: Kingdom Metal Fest 2012. Dalam sehari alun-alun utara diubah menjadi padang Kurusetra bagi para metalhead. Ini adalah perhelatan edisi keenam, sejak pertama kali Rock In Solo berhasil menggempur Solo pada tahun 2004 silam. Tidak ada sponsor besar di event ini, semua metalhead yang hadir menjadi sponsor pada acara kali ini.

Welcome to Rock In Solo 2012
Ini adalah pertama kalinya saya menghadiri Rock In Solo, tapi sebagai reporter bukan sebagai pengunjung biasa. Tiket seharga 100k itu cukup berat bagi hipster pengangguran macam saya, tapi meski terdaftar sebagai reporter sebenarnya saya ini cuma reporter abal-abal. Setelah sholat dhuhur saya bersama teman saya mencoba untuk masuk ke venue. Yap, mencoba. Karena nama kami tak ada di daftar pers, setelah beberapa kali menunggu dan bolak-balik, akhirnya kami berhasil masuk ke venue pada pukul 13.30. Panas yang sangat terik memaksa kami untuk berteduh, begitu juga untuk sebagian metalhead.

Ada 3 stage dan 35 band yang akan tampil disini. Acara sudah dibuka pukul 11.00 dan menampilkan band-band lokal yang akan tetap menghentak hingga sore tiba. Dan salah satu band yang ingin saya saksikan sore itu, band tersebut adalah Dreamer. Band yang saya kenal dari album metal pertama yang saya beli ketika masih sekolah, "Metalik Klinik 5".
Band- band yang tampil di siang itu cukup berhasil membuat venue berdebu oleh aksi circle pit yang dilakukan pengunjung. Meski sebagian besar  lebih memilih hanya berteduh karena terik matahari sudah cukup kejam merampas energi mereka. Bahkan saya menghabiskan 2 botol air minum tanpa sedikitpun merasa ingin buang air kecil. Jadi, bisa dibayangkan seberapa basah kaos saya oleh keringat.

Karbala - Dreamer
Dari keterangan seorang volunteer bernama Rahmat, acara ini digelar oleh panitia yang beranggotakan musisi, pengusaha merch dan komunitas metal kota Solo. Ditambah 200-an volunteer, dan anak-anak Pramuka dari berbagai sekolahan di Solo. Volunteer didapat dengan cara mendaftarkan diri, dan band yang perform diperoleh dengan sistem voting.
Pihak panitia memberi tenggat waktu mulai pukul 17.20-19.00 yang bisa digunakan untuk istirahat sekaligus beribadah. Tabu juga kalo kita bikin bising saat waktu maghrib menjelang.
Pada sesi malam tersebut band yang perform tidak kalah gahar, beberapa kali pihak keamanan harus kewalahan mengatasi metalhead yang berusaha menggoncang bahkan melompati pagar keamanan di depan panggung. Tapi disaat itu saya sudah diperbolehkan masuk ke area panggung oleh keamanan (trus, kenapa siang tadi sulit ya?). Meski tanpa harus berdesak-desakan dengan yang lain, mengambil gambar ternyata cukup sulit juga. Karena aksi gitaris atau vokalis sangat cepat, berlari dari satu sisi ke sisi yang lain sambil tetap menghentakkan kepala (hey, saya cuma pake kamera pocket nih).
Yap, inilah Bandoso sebuah band Black Metal asal Solo yang sudah cukup lama malang melintang di kota ini, dulu ketika saya sekolah di Solo band ini cukup sering saya saksikan. Penggemarnya cukup histeris, tak lupa mereka juga membakar dupa. Semerbak harum dupa dan efek lighting yang cukup pas, membuat perform mereka cukup nyaman dinikmati. Tetapi sang vokalis sepertinya tak terlalu bagus dalam berkomunikasi dengan penonton, beberapa kali kalimat yang diucapkannya terputus.


Bandoso
Histeria fans Bandoso
Setelah Bandoso di stage A bersiap band Death Metal asal Bandung, Jasad. Jasad selalu tak bisa dipisahkan dari sosok vokalisnya, yaitu Man atau sering disebut Manjasad. Manjasad ketika perform selalu memakai pakaian yang cukup berbeda dengan vokalis band metal lain. Malam itu Manjasad memakai baju batik tanpa alas kaki dan rokok menyala yang selalu ada ditangannya (merokoknya jangan ditiru deh ya)

Sangat tidak disarankan ambil gambar dari posisi saya ini, suara dari speaker disamping panggung cukup kuat untuk menggetarkan rusuk.
Kang Man Jasad, vokalis metal yang pake batik.
Sebenarnya musik Jasad tak terlalu nyaman bagi telinga saya, musik ini terlalu cepat telinga saya kesulitan mengikutinya. Dan begitu melihat permainan bass dari Yuli, saya cukup terperangah melihat betapa cepatnya jari-jemari berpindah fret dan senar, sangat tak dapat dipercaya
Aksi jari berkecepatan super dari Yuli Jasad
Saya bersama Manjasad
 Perform terakhir yang tentu saja adalah Cannibal Corpse, sebuah band Death Metal dari Amrik (ini band legend loh). Media dan photographer cuma diperbolehkan mengambil gambar pada 2 lagu pertama. Di pentas terakhir ini malah mirip iklan shampo,dari sekian banyak band yang tampil cuma band ini yang cukup berambut.
Perform dari Cannibal Corpse, berbarengan dengan baterai kamera yang habis. :(
Saya tak mengikuti sampai selesai, kaki saya sudah cukup lelah lutut serasa ingin lepas. Dengan kaki yang cukup lelah dan baju yang basah bercampur peluh air hujan, saya meninggalkan venue. Tapi saya sudah cukup bangga, karena sudah menjadi bagian dari sejarah Rock In Solo

Rock In Solo kini sudah bukan lagi semata milik kota Solo, namun juga sudah menjadi milik kalian semua.
Jadilah bagian dari sejarah Rock In Solo!


ah, ini cuma follower

Tidak ada komentar: